Selasa, 09 Juni 2015

Budaya, Kerativitas dan Inovasi

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBrh6INa_MpFr_6nj9gYVOTVJCXJclcSbh7SnJSFKEte3u2_d6yT1Q1Vp5-mEPFvKf0Ft6rp2C_AooMn_TglI6i8pfLTobUXJBkRhcNF5r-ZQXNfD4zwQFzk-FdHbc2IA2RtCFQ-osWws/s1600/gundar.png

NAMA        : RICHAD RIVANTO DAVID
NPM           : 17113594
KELAS       : 2KA35
1. Pengertian dan fungsi Budaya Organisasi
A. Pengertian Budaya Organisasi
Budaya organisasi atau budaya perusahaan adalah nilai, norma, keyakinan, sikap dan asumsi yang merupakan bentuk bagaimana orang-orang dalam organisasi berperilaku dan melakukan sesuatu hal yang bisa dilakukan. Nilai adalah apa yang diyakini bagi orang-orang dalam berperilaku dalam organisasi. Norma adalah aturan yang tidak tertulis dalam mengatur perilaku seseorang. Nilai adalah apa yang diyakini bagi orang-orang dalam berperilaku dalam organisasi. Norma adalah aturan yang tidak tertulis dalam mengatur perilaku seseorang. Pengertian di atas menekankan bahwa budaya organisasi berkaitan dengan aspek subjektif dari seseorang dalam memahami apa yang terjadi dalam organisasi. Hal ini dapat memberikan pengaruh dalam nilai-nilai dan norma-norma yang meliputi semua kegiatan bisnis, yang mungkin terjadi tanpa disadari. Namun, kebudayaan dapat menjadi pengaruh yang signifikan pada perilaku seseorang.
B. Fungsi Budaya Organisasi
Fungsi budaya pada umumnya sukar dibedakan dengan fungsi budaya kelompok atau budaya organisasi, karena budaya merupakan gejala sosial. Menurut Ndraha (1997 : 21) ada beberapa fungsi budaya, yaitu :
  1. Sebagai identitas dan citra suatu masyarakat
  2. Sebagai pengikat suatu masyarakat
  3. Sebagai sumber
  4. Sebagai kekuatan penggerak
  5. Sebagai kemampuan untuk membentuk nilai tambah
  6. Sebagai pola perilaku
  7. Sebagai warisan
  8. Sebagai pengganti formalisasi
  9. Sebagai mekanisme adaptasi terhadap perubahan
  10. Sebagai proses yang menjadikan bangsa kongruen dengan negara sehingga terbentuk nation – state
Dengan dilebarkannya rentang kendali, didatarkannya struktur, diperkenalkannya tim-tim, dikuranginya formalisasi, dan diberdayakannya karyawan oleh organisasi, makna bersama yang diberikan oleh suatu budaya yang kuat memastikan bahwa semua karyawan diarahkan kearah yang sama. Pada akhirnya budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi.
2. Tipopologi  Budaya Organisasi
Tipologi budaya organisasi mengkategorisasi jenis budaya organisasi menjadi tiga yaitu budaya kuat dan budaya lemah, budaya yang memiliki kecocokan strategik, dan budaya adaptif. Organisasi yang berbudaya kuat biasanya dapat dilihat oleh orang luar sebagai memilih suatu gaya tertentu. Makin banyak anggota yang menerima nilai-nilai inti dan makin besar komitmen mereka pada nilai-nilai itu, maka makin kuat pula budaya tersebut. Sebaliknya organisasi yang berbudaya lemah, nilai-nilai yang dianut tidak begitu kuat sehingga jatidiri organisasi tidak begitu menonjol dan kemungkinan besar nilai-nilai yang dianut pun berubah setiap pergantian pimpinan atau sesuai dengan kebijakan pimpinan yang baru.
Tipopologi yang lain dikemukakan oleh Deal & Kennedy yang memilah budaya organisasi kedalam empat kategori budaya berdasarkan dua faktor utama, yaitu :
  • Derajat resiko dalam kegiatan bisnis
  • Kecepatan perusahaan atau manajemen dalam mendapatkan umpan balik atas keputusan atau strategi. 
3. Kreatifitas Individu dan Team Proses Inovasi
Kreativitas dengan inovasi itu berbeda. Kreativitas  merupakan pikiran untuk menciptakan sesuatu yang baru,  sedangkan  inovasi adalah  melakukan  sesuatu yang baru. Hubungan keduanya  jelas. Inovasi merupakan aplikasi praktis dari kreativitas. Dengan  kata lain, kreativitas bisa merupakan variabel bebas, sedangkan inovasi adalah variabel tak bebas. Dalam praktek bisnis sehari-hari, ada perencanaan yang meliputi  strategi,  taktik, dan eksekusi. Dalam pitching  konsultansi atau agency, sering terdengar keluhan bahwa secara konseptual apa yang  disodorkan agency bagus, tetapi strategi itu tak  berdampak pada  perusahaan  karena mandek di  tingkat  eksekusi.  Mengapa? Sebab, strategi bisa ditentukan oleh seseorang, tetapi eksekusinya  harus  melibatkan  banyak orang, mulai  dari  atasan  hingga bawahan. Di sinilah mulai ada gesekan antarkaryawan, beda persepsi hingga ke sikap penentangan. 
Itu sebabnya, tak ada perusahaan yang mampu berinovasi  secara konsisten  tanpa  dukungan karyawan yang bisa  memenuhi  tuntutan persaingan. Hasil pengamatan kami menunjukkan, perusahaan-perusahaan  inovator sangat memperhatikan masalah  pelatihan  karyawan, pemberdayaan, dan juga sistem reward untuk meng-create daya pegas inovasi.  Benih-benih inovasi akan tumbuh baik  pada  perusahaan-perusahaan  yang selalu menstimulasi karyawan, dan  mendorong  ke arah ide-ide bagus. Melalui program pelatihan, sistem reward, dan komunikasi,  perusahaan terus berusaha untuk  mendemokratisasikan inovasi.
Referensi :

http://nadyafitriyani.blogspot.com/2013/06/budaya-kreatifitas-dan-inovasi.html
Kusdi. Budaya Organisasi. Salemba Empat.
Darsono Prawironegoro. Budaya Organisasi. Diadit Media
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar